Teori Kuman dan Teori Medan (germ theory and terrain theory)
Pernah dengar kedua teori ini? belum ya. Kalau teori kuman mungkin pernah, namun bagaimana dengan teori medan? Kalau belum, sudah saatnya Anda membuka mata lebar-lebar. Jujur saja, aku pun baru tahu istilah teori medan pada tahun 2019, saat plandemi terjadi.
Sejarah teori kuman dan teori medan
Ada dua teori dari Barat tentang penyakit yang ternyata tak pernah diajarkan secara gamblang di sekolah. Yang diajarkan di sekolah itu teori kuman. Teori yang menyebutkan bahwa penyakit disebabkan oleh kuman spesifik. Sedangkan teori medan, disebut namanya saja tidak. Coba saja Anda cari artikel berbahasa Indonesia, aku jamin akan sulit menemukannya. Atau Anda mau coba cari referensi buku berbahasa Indonesia? Sampai saat ini, aku pun belum menemukannya.
Ok, kita mulai dari sejarahnya. Teori kuman dan teori medan sebenarnya merupakan dua teori yang dulunya bertarung sengit. Kedua teori ini dicetuskan oleh dua orang berkebangsaan Prancis. Kedua peneliti abad kesembilan belas itu sezaman secara ilmiah, rekan senegara, dan sesama anggota Akademi Sains Prancis, tetapi perbedaan utama dalam pandangan mereka tentang biologi dan patologi penyakit menyebabkan persaingan yang berkepanjangan baik di dalam maupun di luar Akademi.
BéChamp merupakan pemikir yang lebih cemerlang, sedangkan Pasteur memiliki koneksi politik, termasuk Kaisar Napoleon III. Alur cerita berikutnya kemungkinan bisa Anda tebak. Seperti yang kita ketahui sekarang, teori kuman dipakai di seluruh dunia sedangkan teori medan seolah ditenggelamkan. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Jelas karena teori kuman bisa diduitin dan merupakan sumber cuan yang gurih jika diterapkan. Kebalikannya, teori medan sangat “murah” dan potensi cuan oleh industri tak bisa dikapitalisasi.
Promosi teori kuman Pasteur begitu menggelora apalagi setelah Rockefeller meminangnya. Sekitar tahun 1900-1930, para ilmuwan sama sekali tidak memutuskan teori mana yang benar. Teori kuman menggurita setelah advokat teori kuman yang didanai Rockefeller, Louis Pasteur “memenangkan” diskusi dengan menghadirkan bukti penipuan infeksi terhadap advokat teori medan Antoine BéChamp.
Suntik mati teori medan selanjutnya adalah laporan Carnegie Flexner yang juga didanai oleh Rockefeller [archive.org, pdf] yang mempersenjatai politik demi pengobatan yang terpusat berbasis obat melawan pengobatan alami. Itu merupakan pengambilalihan dunia kesehatan Barat yang semula naturopati menjadi allopati.
Perbedaan mencolok antara teori kuman dan teori medan
Jika teori kuman mempromosikan bahwa kuman merupakan organisme penyebab penyakit yang harus ditakuti, maka teori medan berbicara sebaliknya. Teori medan tidak memandang kuman sebagai penyebab penyakit melainkan lingkungan internal tubuh yang terlalu toksiklah yang menyebabkan kuman itu ada.
Perbedaan cara pandang ini tentu saja berimplikasi pada cara penanganan yang juga berbeda. Jika teori kuman berfokus pada bagaimana membunuh kuman maka sebaliknya teori medan berfokus pada bagaimana mengembalikan keseimbangan medan tubuh. Dengan model pandangan yang seperti ini maka jika kita pakai teori kuman, obat-obatan, antibiotik, dan vaksin bisa menjadi ladang cuan yang sangat besar sedangkan jika pakai teori medan, Anda hanya cukup mensupport tubuh Anda untuk bisa kembali seimbang. Perlakuan penangganan penyakit cukup dengan jalan pemenuhan asupan nutrisi dan obat-obatan berbasis herbal yang dapat Anda dapatkan secara gratis di sekitar tempat tinggal Anda.
Lebih jelas untuk memahami ini maka kita bisa menganalogikan ikan di akuarium. Perhatikan gambar berikut ini:
Jika air di dalam akuarium ikan Anda kotor, apa yang akan Anda lakukan? Apakah menyuntik ikan dengan vaksin, memberikan ikan antibiotik atau mengganti airnya. Sebagai lulusan sarjana perikanan maka tentu saja mengganti air adalah pilihan yang tepat. Di dalam teori penyakit ikan sendiri ada 3 faktor utama yang bisa mempengaruhi terjadinya penyakit.
Kuman sudah ada di lingkungan hidup ikan, akan tetapi jika host kuat dan lingkungan mendukung untuk kehidupan ikan maka tidak akan pernah terjadi penyakit. Hal yang sama juga berlaku untuk manusia. Bahkan mikroorganisme yang dianggap baik atau pun buruk sudah ada di dalam tubuh kita sendiri. kumpulan semua organisme mini tersebut dikenal dengan sebutan mikrobiom.
Runtuhnya teori kuman
Runtuhnya teori kuman bagi aku pribadi sudah mulai terlihat setelah plandemi 2019. Bagian pertama yang paling mencolok adalah tidak ada penularan bahkan saat aku merawat istri yang menunjukkan gejala terkena c19. Bagian kedua adalah kegagalan vaksin yang pada kenyataannya tidak bisa memberikan perlindungan. Orang yang sudah divaksin masih dapat terkena penyakit dan hal ini jelas menunjukkan bahwa apa yang para ahli sebut sebagai kekebalan kelompok hanyalah teori tanpa bukti.
Mulai maraknya penelitian tentang mikrobiom juga turut memberikan bukti bahwa teori kuman menuju keruntuhan. Haller, D. (2018), dalam buku Intestinal Microbiome in Health and Disease, menyebutkan: “Pada akhir abad kesembilan belas, Robert Koch dan Louis Pasteur mengembangkan konsep bahwa penyakit menular pada manusia disebabkan oleh infeksi mikroba dan, dengan demikian, merevolusi pandangan dokter tentang cara mencegah dan mengobati epidemi. Lebih dari 100 tahun kemudian, revolusi konseptual berikutnya menyiratkan bahwa komunitas mikroba “komensal” yang terjadi secara alami di dalam dan di bagian tubuh manusia memengaruhi kesehatan dan perkembangan berbagai penyakit.
Selama dekade terakhir, konsorsium sains besar di Eropa (MetaHIT; Metagenomik Saluran Usus Manusia) dan AS (Proyek Mikrobioma Manusia) telah mulai memperoleh data tentang potensi genomik, hubungan filogenetik, dan sifat fungsional komunitas mikroba, yang secara kolektif disebut mikrobioma, dalam populasi manusia yang sehat dan sakit. Terobosan teknis dan keterjangkauan sequencing generasi berikutnya (NGS) merangsang peningkatan besar dalam aktivitas ilmiah yang menghasilkan hampir 40.000 publikasi yang diindeks dengan istilah pencarian “mikrobioma” dalam basis data Perpustakaan Kedokteran Nasional AS (PubMed).
Perhatikan frasa yang aku cetak tebal “revolusi konseptual”. Revolusi konseptual berarti perombakan besar-besaran pada tataran konsep. Hal ini berarti teori kuman sudah runtuh. Tentu saja, pihak-pihak yang selama ini sudah mendulang cuan begitu banyak dari konsep pasteur akan keberatan dan berusaha mati-matian untuk mempertahankan teori kuman.
Akan tetapi, fakta tetaplah fakta. Kegagalan konsep pasteur bahkan bisa Anda lihat dari semakin suburnya bisnis kesehatan. Bukankah banyaknya rumah sakit itu adalah indikator bahwa hampir semua advise2 tentang kesehatan perlu direvolusi? Jika teori penyakit yang selama ini dipakai benar, maka rumah sakit seharusnya sepi, pasiennya paling pol berasal dari orang yang kecelakaan dan para pemodal tentu akan berpikir 1000x untuk berbisnis rumah sakit.
Secara lengkap dapat Anda baca di ebook BALANCE